TEMPO.CO, Bandung - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, pemerintah menargetkan tahun ini sedikitnya akan bertambah satu lagi Unicorn. Meski tidak menjelaskan usaha rintisan atau startup yang berpotensi menjadi unicorn terbaru, Rudiantara memberi petunjuk tentang sektornya.
Baca juga: JK Sebut Unicorn Datangkan Investasi Asing, Bukan Sebaliknya
Rudiantara menggunakan postur APBN sebagai petunjuknya. Kans pertama untuk bisnis rintisan yang bergerak di sektor pendidikan. “Pendidikan bisa. Karena belanja 20 persen APBN tahun ini, hampir Rp 500 triliun itu untuk pendidikan. Kalau (bisnis rintisan ini) kecipratan 2 persennya saja sudah Rp 2 triliun,” kata dia.
Selanjutnya bisnis rintisan yang bergerak di sektor kesehatan punya kans menjadi Unicorn. “Kedua kesehatan. Itu 5 persen APBN kita buat kesehatan. Kalua 5 persen itu (setara) Rp 100 triliun lebih. Masak sih enggak kecipratan,” kata Rudiantara.
Rudiantara mengatakan, potensi selanjutnya pada bisnis rintisan yang menggarap “leisure”. “Terus yang berkaitan dengan ‘leuisure’. Sekarang orang kita, mereka kadang menunda beli sepatu, tapi lebih baik experience, back-packer heula (dulu), yang kaya begitu,” kata dia.
Rudiantara mengatakan, situasi Pemilu juga dinilainya tidak akan berpengaruh pada pengembangan bisnis rintisan. “Enggak ada masalah. Investor asing masuk ke start-up Indonesia tidak melihat pesta politik. Kapan sih pesta ada ribut-ribut? Kita ke pesta itu senang-senang, happy-happy, makan, ngobrol. Saya berharap pesan politik ini begitu, bukan berantem,” kata dia.
Unicorn adalah istilah bagi bisnis rintisan dengan valuasi menembus US$ 1 miliar. Saat ini Indonesia sudah memiliki empat Unicorn yakni Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak.